"Putra Kiai Zubair Sarang datang dari Mekkah", seorang Kiai mengabarkan kepada segenap tamu. Ramah tamah yang awalnya "biasa-biasa saja" seperti berubah menjadi sesuatu yang luar biasa.
"Siapa namanya?", Mbah Ma'shum bertanya. Beliau perlu bertanya sebab orang yang dibicarakan belum masuk lingkaran Kiai khos di lingkungan Mbah Ma'shum--yang saat itu telah berusia 80 tahun.
"Gus Maimun...", Kiai pemberi kabar menjawab.
Para Kiai di ndalem itu, sebenarnya, masih banyak yang belum mengenal putra Mbah Zubair yang bernama Gus Maimun itu. Akan tetapi, ... setelah hening beberapa waktu, ada respon ...........
"Dia orang 'alim...", Mbah Ma'shum memuji.
"Dia seorang faqih...", Kiai lain memujinya.
"Dia seorang sufi...", ungkap Kiai lainnya lagi.
Para Kiai secara bergantian terus memuji Gus Maimun itu, seolah pernah berguru kepadanya, atau berteman. Masing-masing Kiai, yang semuanya keramat, menyebutkan sifat, karakter serta kelebihan seorang Gus Maimun--dan beliau semuanya manggut-manggut. Seperti ada kesepakatan batin.
Setelah masing-masing Kiai menyampaikan ungkapannya, hening sebentar. Lalu...
Kiai Hamid Pasuruan, yang hadir di ndalem Mbah Ma'shum, menutup pujian-pujian para Kiai atas Gus Maimun itu dengan kalimat berbahasa Arab ;
انّه ذكيّ عالم صالح مفسّر محدّث فقيه صوفيّ وليّ من أولياء الله....
Pernyataan pujian Kiai Hamid di atas, yang diungkapkan hampir 70 tahun lalu, adalah yang paling valid mengenai Gus Maimun alias Simbah Maimun Zubair. Ringkasan dari ungkapan Kiai Hamid Pasuruan tadi, kurang-lebihnya, "Simbah Maimun Zubair adalah Maha Kiai".
Kini, sang Maha Kiai telah meninggalkan kita.
إنا لله و إنا إليه راجعون. اللهم اغفر له و ارحمه و عافه و اعف عنه.
Selamat jalan, Maha Kiai Simbah Maimun Zubair, mohon doanya semoga kami bisa melaksanakan pesan dan nasehatmu...
سعدنا في الدنيا * فوزنا في الأخرى
بخديجة الكبرى * وفاطمة الزهرا
يا أهيل المعروف* والعطاء المألوف
غارة للملهوف * إنكم به أدرى
________________
الرواية بالمعنى من الوالد
Tidak ada komentar:
Posting Komentar