Postingan Populer

Rabu, 07 Agustus 2019

KH.Maimoen Zubair:Kyai Kharismatik Nasionalis dan Rendah Hati

KH.Maimoen Zubair

     KH H Maimun Zubair, kadang ditulis menggunakan ejaan lama Maimoen Zoebair, (lahir di Rembang, 28 oktober 1928 – meninggal di Mekkah, 6 Agustus 2019 pada umur 90 tahun), atau akrab dipanggil Mbah Moen, adalah seorang ulama dan politikus Indonesia. Ia Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang,Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah PPP hingga ia wafat. Ia pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama 7 tahun. Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondok pesantrennya. Tapi rupanya tenaga dan pikiran ia masih dibutuhkan oleh negara sehingga ia diangkat menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.

Putra Kyai

KH Maimun Zubair mendapat bekal pendidikan agama dari ayahnya yang juga seorang Kyai yakni Kyai Zubair.

Mbah Moen dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.

Ayah Mbah Moen, Kyai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.

Dua ulama yang kesohor pada saat itu.

Seorang Kyai yang tersohor karena kesederhanaan dan sifatnya yang merakyat.

Ibundanya adalah putri dari Kyai Ahmad bin Syu’aib, ulama yang kharismatis yang teguh memegang pendirian.

Pada umur 25 tahun, beliau menikah dan selanjutnya menjadi kepala pasar Sarang selama 10 tahun.

Riwayat Pendidikan KH. Maimun Zubair

Setelah mengaji dan mendalami ilmu agama dari Ayahnya, kemudian KH Maimun Zubair meneruskan mondoknya di Lirboyo Kediri di bawah asuhan KH Mahrus Ali dan KH Marzuki Dahlan.

Tidak hanya di Indonesia, KH. Maimun Zubair kemudian melanjutkan kelana ilmunya di Makkah Mukarromah pada usia 21 tahun.

Ketika melakukan perjalanan ke Mekkah ini, Mbah Moen ditemani oleh kakeknya sendiri yaitu KH. Ahmad bin Syuaib.

Di Mekkah, KH. Maimun Zubair banyak mengaji kepada ulama-ulama besar seperti Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan ulama-ulama lainnya.

Meski sedang mencari ilmu di Mekkah, namun Mbah Moen menyempatkan untuk menuntut ilmu kepada Ulama Jawa yang berada di Mekkah seperti Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban) dan beberapa Ulama lainnya.

Dalam catatan sejarah hidupnya, KH Maimun Zubair tidak hanya mengabdikan diri pada agama saja.

Namun beliau juga adalah seorang yang sangat aktif di berbagai bidang sebagai pengabdian beliau kepada negara.

KH Maimun Zubair pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun.

Selain itu Mbah Moen juga pernah menjadi anggota MPR RI yang mewakili daerah Jawa Tengah selama 3 periode.

Kini, beliau masih aktif sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP), hingga wafat di Mekkah.

Wafat Di Mekkah

Baca juga: KH. Maimoen Zubair wafat

Tokoh Nahdlatul Ulama dan Kiai karismatik KH Maimun Zubair atau akrab disapa Mbah Moen wafat di Mekkah, saat melakukan rangkaian ibadah haji pada Selasa (6/8/2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal kitab Faraidl As-Saniyyah Wa Ad-Durar Al-Bahiyyah: Kitab Hujjah Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah

Di Indonesia pada dekade 60 sampai 70-an, muncul gerakan-gerakan anti adat dan penolakan atas kulturisasi agama dengan alasan bertentangan ...