Postingan Populer

Sabtu, 10 Agustus 2019

Mimpi Mbah Moen tentang Gus Dur


 
    Mungkin beberapa waktu yang silam kita melihat hubungan KH. Maimoen Zubair (Rembang) dengan keluarga Gus Dur (Ciganjur) biasa-biasa saja. Bahkan ada yang menilai ini sebuah kekurang harmonisan, KH. Maimoen Zubair dianggap tokoh yang bertentangan dengan Gus Dur. Tapi itu kurang tepat, karena justru akhir-akhir ini Mbah Mun (sapaan akrab KH. Maimoen Zubair) justru terlihat sangat dekat dengan keluarga Ciganjur. Gus Syukron Abyne Maysun menceritakan dari Gus Fahim Mulabbi bin KH. Muharror Ali Kaliwangan Blora,murid Mbah KH. Arwani Kudus.
    
    Beberapa hari yang lalu, tepatnya malam Jum’at, ada salah seorang murid pergi sowan ke ndalem gurunya, Mbah KH. Maimoen Zuber, di Rembang. Seperti biasanya, sang tamu pun diajak ngobrol oleh tuan rumahnya. Obrolan guru dengan murid. Di sela-sela ngobrol itulah Mbah KH.Maimoen Zuber bercerita bahwa beliau bermimpi shalat berjamaah menjadi makmum. Hadhratus Syaikh Mbah KH. Hasyim Asy’ari juga ikut menjadi makmum. Sedangkan yang menjadi imam dalam shalat tersebut adalah KH. Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur. 
    
    Dulu pun, saat ICMI di awal-awal perintisan, Mbah Moen pernah ditawari untuk masuk ke dalamnya. Karena beliau termasuk kiai yang multitalenta dalam pandangan banyak pihak, bukan saja dari kalangan sesama kiai. Keberadaan ICMI secara tersirat tidak dikehendaki oleh Mbah Mun, sama seperti Gus Dur.“Aku ini tidak pernah setuju dengan Gus Dur”, kata KH. Maimun Zubair. “Yah... namanya manusia. Tapi aku tidak berani membenci, apalagi memusuhinya. Takut kuwalat!” Kenyataannya, tidak seratus persen Mbah Maimun berseberangan dengan Gus Dur. 
    
    Ketika suatu kali seorang tokoh intelektual datang jauh-jauh dari jakarta untuk mengajak beliau masuk ICMI, Mbah Maimun menolak. “Pak Kiai ini intelektual yang mumpuni lho”, katasi tokoh, “cocok sekali kalau masuk ICMI!”“Ah, saya cukup Nahdlatul Ulama saja, gabung rombongannya pewaris nabi.” kata Mbah Mun.“Memangnya di ICMI nggak bisa?”“Kan nggak ada hadits al-ICMI waratsatul anbiya’. Kalau al-Ulama'ada!” kata Mbah Mun.

    Bahkan kalau kita kembali mengingat saat prosesi pemakaman Gus Dur, dugaan ketidakharmonisan Mbah Mun dengan Gus Dur (keluarga Ciganjur) jelas meleset. Karena nyatanya sebelum jenazah Gus Dur dimasukkan ke liang lahat dan dilakukan upacara kenegaraan yang dipimpin langsung oleh Presiden SBY, usai itu KH. Maimun Zubair lah yang diberi kesempatan memerikasa jenazah Gus Dur. Dan barulah jasad Gus Dur dikeluarkan dari peti jenazah dan secara perlahan dimasukkan ke liang lahat. 

Wallahu al-Musta’an A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal kitab Faraidl As-Saniyyah Wa Ad-Durar Al-Bahiyyah: Kitab Hujjah Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah

Di Indonesia pada dekade 60 sampai 70-an, muncul gerakan-gerakan anti adat dan penolakan atas kulturisasi agama dengan alasan bertentangan ...