Beliau adalah ibunda Mbah Muhammadun, Pondowan Tayu Pati. Mbah Halimah menikah dg Mbah Murtomo alias Mbah Ali Murtadho. Dari pernikahan tersebut telah melahirkan 6 putra yg alim dalam bidang ilmu agama. Enam putranya tersebut adalah Mbah Abdul Basyir, Mbah Abdul Adzim, Mbah Muhdhori, Mbah Muhammadun, Mbah Mahsun, dan Mbah Halimi.
Mbah Halimah bersama suami dan putra2nya berdomisili di Cebolek Kidul Margoyoso Pati. Sepeninggal beliau, ia berwasiat agar petilasannya diwakafkan menjadi pesantren. Lalu oleh putra pertama beliau, Mbah Abdul Basyir dibangunlah gedung pesantren dan kemudian dinamakan Mansajul Ulum. Saat itu yg didapuk utk menunggui pesantren adalah Bapak (Mbah Abdullah Rifa'i) yg merupakan menantu Mbah Muhammadun.
Sejak kecil hingga saya meninggali petilasan beliau di Cebolek ini belum pernah mendengar cerita tentang wafat beliau. Baru hari ini saya dikabari oleh pak lek KH. Aslam Muhammaduna bahwa, tgl 8 Muharram adalah haul beliau. Karenanya kami langsung mengajak santri-santri utk tahlil bersama-sama di sarean beliau.
Mbah Halimah ini adalah sosok perempuan shalihah yg ahli riyadhah. Kiai Aniq Muhammadun beberapa tahun lalu saat haul Emak (Mbah Salamah Muhammadun, putri KH. Muhammadun) dan saat reuni Bani Muhammadun pernah menceritakan bahwa Mbah Halimah ini bisa dibilang wali perempuan. Doa beliau "mandi" alias manjur. Konon katanya Mbah Yasin waliyullah, Jekulo (adik beliau) tidak berani menentang ucapan beliau. Karena tahu bahwa ngendikakan beliau itu sangat manjur. Karena doa dan riyadhah beliau itulah menurut Kiai Aniq, semua putra-putra beliau menjadi orang yg alim dalam ilmu agama.
Sosok Mbah Halimah ini merepresentasikan profil perempuan-perempuan kuno yg kehidupannya sangat luar biasa tetapi seringkali tdk terekam dalam sejarah. Tetapi dalam keluarga kami Mbah Halimah ini cukup unik. Meski beliau bukan seorang ibu nyai yg disegani, tetapi nama beliau lebih banyak disebut dalam silsilah keluarga dibanding Mbah Murtomo, suaminya. Saya tak tahu kenapa bisa seperti itu. Saya berasumsi barangkali karena beliau hidup lebih lama dibanding Mbah Murtomo.
Tapi dari cerita diatas saya membayangkan Mbah Halimah ini kemungkinan adalah sosok perempuan cerdas dan cadas (tangkas dan berani). Beliau selain tekun ibadah dan kuat dalam riyadhah, juga punya pikiran yg maju dan berani. Kenapa demikian? Karena beliaulah yg dulu memiliki inisiatif untuk mewakafkan seluruh tanah warisan beliau utk dijadikan pondok pesantren. Dan yg boleh menempati atau melanjutkan tempat tinggal beliau adalah yang siap ngurip2 pondok itu. Karenanya seluruh tanah warisannya yg berada di kompleks ndalem beliau menjadi tanah wakaf.
Tidak sembarang orang punya pikiran dan keberanian yg demikian maju. Apalagi perempuan pada masa itu. Hanya orang2 yg berpikiran maju dan "tidak kedunyan" (orang2 yg Zuhud) yg berani melepaskan hartanya utk menjadi harta wakaf di jalan Allah utk pengembangan pendidikan. Dan Mbah Halimah mencontohkan itu kepada kita.
Karenanya Kiai Aniq Muhammadun saat tausiah itu berpesan kepada kami bahwa menjadi ibu itu harus kuat riyadhah seperti Mbah Halimah. Agar anak-anaknya kelak menjadi orang yg alim. Karena doa ibu itu sangat mustajab.
Semoga kita semua bisa meneladani pribadi beliau yg shalihah dan muthi'ah. Amin.
Lahal Fatihah.
Sumber: Bu Nyai Umdah El Baroroh (Cucu KH. Muhammadun Pondowan. Sekarang mengasuh PP. Mansajul Ulum Al-Mutsla Cebolek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar