Di Indonesia pada dekade 60 sampai 70-an, muncul gerakan-gerakan anti adat dan penolakan atas kulturisasi agama dengan alasan bertentangan dengan syari’at. Gerakan-gerakan ini adalah gerakan yang di bawa oleh anak-anak muda yang baru pulang belajar dari timur tengah yang terpengaruh oleh ajaran atau doktrin Wahabiyyah. Wahabiyyah sendiri, adalah doktrin yang mengikuti ajaran Muhammad bin Abdul Wahab. Aliran Wahabiyyah ini sendiri pada akhirnya berkembang menjadi sebuah aliran teologi.
Kitab ini di tulis oleh KH. Sya’roni Ahmadi, seorang ulama’ dan ahli Al-Qur’an asal Kudus. Beliau lahir di Kudus pada 17 Agustus tahun 1931. Sejak kecil, beliau belajar pada beberapa ulama’ khos sekaliber seperti, KHR. Asnawi Kudus, KH. Arwani Amin Kudus, KH. Abdul Mukhith, KH. Turaikhan Adjhuri, serta ulama’-ulama’ lainnya. Kyai Sya’roni sendiri sudah menghafal Al-Qur’an sejak berumur 14 tahun di bawah bimbingan KH. Arwani Amin Al-Hafidh Al-Quds, Ulama’ Qur’an asal Kudus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus.
KH. Sya’roni
Ahmadi juga aktif dalam kegiatan dakwah. Di tahun 1960-1970’an, ideologi
Komunis marak berkembang di Indonesia, terutama di Kudus. Selain itu, juga
muncul kelompok-kelompok yang menyebarkan faham atau ideologi salafi-wahabi
yang seerti diterangkan di awal, bahwa kelompok ini menyesatkan tradisi atau amaliyah
masyarakat muslim. Saking getolnya, Kyai Sya’roni bahkan sampai harus tidur di tajug
yaitu, sebuah tempat di sebelah padasan (tempat wudlu) di area makam
Sunan Kudus, dengan di jaga Banser-NU karena di ancam akan di bunuh oleh pihak-pihak
tertentu. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai tokoh yang produktif dalam
menulis beberapa karya. Seperti, Faraidl As-Saniyyah Wa Ad-Durar
Al-Bahiyyah,At-Tasrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsir, Qira’ah Al-Asyriyyah, Faidh
Al-Asani Ala Hirz Al-Amani Wa Wajh At-Tahani, dll.
Kitab Faraidl As-Saniyyah Wa Ad-Durar Al-Bahiyyah, memiliki isi atau pembahasan yang cukup menarik. Banyak ayat-ayat alqur’an dan hadits yang termaktub di dalam kitab ini, sehingga bukan hanya memakai argumen akal dan bisa dipastikan layak untuk di jadikan hujjah. Setidaknya, terdapat 33 bab yang ada di dalam kitab ini. Kitab ini cukup menarik karena, di awal kitab kyai Sya’roni menuturkan bahwa kitab ini ditulis oleh beliau. Kitab ini adalah hasil notulensi keterangan-keterangan para Ulama’ Aswaja saat dilangsungkan pertemuan di forum ulama’ Aswaja di Kudus saat itu yang di pimpin oleh KH. Muhammadun Pondowan seorang yang memiliki gelar singa podium aswaja dan Syibawaih Jawa oleh Sayyid Muhammad Al-Alawi Al-Maliki Al-Makki Al-Hasani. Pada waktu menghadiri diskusi, Mbah Madun datang dengan membawa banyak kitab, namun saat menukil pendapat-pendapat para ulama, beliau tidak membuka satupun kitab-kitab yang dibawanya sama sekali, sebagai upaya meyakinkan hadirin yang terdiri dari seluruh kalangan islam akan dlabit (kecerdasan) dan kompetensi beliau dalam bidang yang sedang didiskusikan.
Konon, penyusunan kitab ini juga di ilhami oleh kitab Bariqat Al-Muhammadiyyah Ala Thariqat Al-Ahmadiyyah karya KH. Muhammadun. Di harapkan oleh Kyai Sya’roni sendiri, dengan di susun-nya kitab ini, maka di harapkan masyarakat dan kaum aswaja semakin kuat dan tidak luntur aqidahnya. Sampai saat ini, kitab ini di pelajari oleh pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah yang tersebar di nusantara
Judul :
Faraidl As-Saniyyah Wa Ad-Durar Al-Bahiyyah
Penyusun :
KH. Sya’roni Ahmadi
Jumlah Halaman : 43
Halaman
Penerbit :
(?)
Kota : Kudus
Tahun : 1970 (?)
Bisa di download disini